Selasa, 02 Mei 2017

Padat Modal vs Padat Karya di Indonesia




Dalam kegiatan produksi terdapat dua pilihan teknologi yakni padat modal (capital intensive) dan padat karya (labor intensive).Dimana padat modal sangat mengandalkan dalam segi kemampuan barang modal seperti mesin dll sedangkan padat karya cenderung menggunakan proporsi manusia dalam produksi amat besar(tenaga manusia yang banyak )


Padat modal  biasanya dilandaskan pada keinginan mencapai tingkat produksi yang optimum dengan biaya produksi per-unit yang rendah , sehingga berdampak pada tingkat harga yang semakin murah .Hal ini bias di sebabkan Karena yang bekerja adalah mesin-mesin, jam kerja bisa ditambah sesuka hati, tanpa adanya keluhan capai, protes, tuntutan uang lembur maupun uang kopi.Dampak positif dari adanaya padat modal adalah produktivitas kerja tetap tinggi dan stabil, sedangkan kualitas produk dapat dipertanggungjawabkan.Namun kelemahan atau kendala dari padat modal adalah modal awal dan investasi yang tinggi.namun perusahaan biasanya bisa mengatasi dengan cara meminjam modal .


Padat karya cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan, sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan upah semurah-murahnya atau gratisan

Padat modal di nilai hanya   hanya cocok di negara maju, dimana upah buruh sudah amat mahal dan hak asasi manusia sudah dijunjung tinggi. Di negara sedang berkembang (NSB) upah buruh amat murah, sebagai contoh di negara kita sendiri yaitu Indonesia dan hak asasi nya belum terjamin .

Di negara sedang berkembang  upah buruh amat murah, Lagi pula buruh-buruh di Negara berkembang tidak banyak maunya . Selain upah buruh, alasan lain yang dikemukakan adalah alasan keadilan. Dengan padat karya  berarti proses produksi akan membuka lapangan pekerjaan yang banyak, dengan demikian banyak orang kecipratak rejeki. Bila banyak yang kecipratan rejeki maka daya beli meningkat, pasar bertambah. Akhirnya rejeki yang diberikan dalam bentuk upah akan kembali kepada pengusaha sebagai penerima.

Sebenarnya padat modal dan padat karya itu  sama-sama memberi dampak positif , tetapi pembuktian berlangsung di lapangan. Di Indonesia misalnya, banyak produk-produk yang menggunakan teknologi padat modal maupun padat karya, masih harus dibeli oleh konsumen dengan harga relatif tinggi untuk ukuran kantong rakyat kebanyakan. Demikian juga beras, ikan segar, sayur mayur, buah-buahan, hasil-hasil kerajinan tangan/industri rumah tangga, yang menggunakan TPK harganya terus menanjak terutama di wilayah perkotaan.

Tanggapan saya mengenai padat modal vs padat karya di Indonesia mana lebih cocok


Pilihan antara padat modal dan padat karya tidak terlepas dari konteks hidup , dimana tekonologi yang di terapkan dimana jika masyarakat berperilaku tidak baik maka tidak akan menghasilkan keuntungan antara kedua belah pihak padat modal maupun padat karya.Faktanya padat modal dan padat karya harus memiliki sumber daya manusia yang tinggi ,jadi  menurut saya jika Indonesia mau maju maka harus mengembangkan kedua nya secara bersamaan dimana padat modal biasanya lebih sulit di kembangkan , dan jangka waktu yang lama untuk digunakan /di panen.Selama masih belum berbuah seharusnya padat karya juga bisa di gunakan dalam membantu kegiatan  pemerintah .Apabila padat modal berkembang /tumbuh maka teknologi yang dipanen dari industri tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan level produksi  padat karya. Dengan menggunakan keduanya maka pemerintah harusnya bisa membangun spiral kesejahteraan dimana kesejahteraan itu makin lama makin sejahtera ,kalua hanya berpegang dengan salah satu padat , nasib kita mah tidak akan beranjak jauh dari sekarang  sepert harga minyak naik, harga barang naik, investor kabur ke tempatn asing lain , PHK dimana-mana dll. Intinya  Akar permasalahan diatas adalah ekonomi biaya tinggi yang bersumber di masyarakat, birokrasi dan pengusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar